Jakarta, 2025 – Dalam menghadapi era digital dan perkembangan kecerdasan artifisial (KA) generatif yang semakin pesat, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menghadirkan Modul 3: Rekayasa Prompt untuk Kreasi Konten. Modul ini merupakan bagian dari pelatihan nasional bagi guru jenjang SMA dan SMK dalam rangka membangun ekosistem pendidikan yang cakap digital, kreatif, dan adaptif terhadap teknologi mutakhir.
Mengenal Rekayasa Prompt dalam Kecerdasan Artifisial Generatif
Rekayasa prompt atau prompt engineering adalah teknik menyusun perintah yang diarahkan pada sistem KA generatif agar menghasilkan output sesuai kebutuhan pengguna. Modul ini membekali guru dengan pemahaman mendalam tentang bagaimana merancang prompt yang efektif, kreatif, dan bertanggung jawab. KA generatif sendiri mampu menghasilkan berbagai jenis konten seperti teks, gambar, audio, hingga video berdasarkan instruksi pengguna.
Capaian dan Tujuan Pelatihan
Peserta pelatihan ditargetkan untuk:
-
Memahami prinsip kerja KA generatif dan fungsi prompt.
-
Merancang dan menyusun prompt dengan strategi zero shot dan few shot.
-
Mengembangkan proyek kreatif berbasis AI yang dapat diaplikasikan dalam konteks profesional nyata.
-
Merefleksikan isu etika dan tanggung jawab dalam penggunaan KA.
Selain teori, peserta juga diberi praktik langsung melalui lembar kerja, seperti membuat prompt multi-langkah dan memproduksi konten menggunakan layanan seperti ChatGPT, DALL·E, dan tools lainnya.
Strategi Menyusun Prompt Efektif
Modul mengajarkan bahwa prompt yang baik harus memiliki unsur:
-
Kejelasan: instruksi tidak ambigu.
-
Spesifisitas: memuat detail yang dibutuhkan.
-
Konteks: memberikan latar belakang yang cukup.
-
Kreativitas: mengarahkan model AI menghasilkan output inovatif.
Guru juga dilatih untuk melakukan analisis dan evaluasi output, serta iterasi prompt, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan instruksi untuk mendapatkan hasil terbaik.
AI dalam Pembelajaran: Dari Asisten Hingga Pelatih Pribadi
Modul ini menekankan bahwa AI bukanlah pengganti guru, melainkan mitra. Dalam konteks pembelajaran, KA dapat dimanfaatkan sebagai:
-
Augmentasi keterampilan: membantu tugas administratif dan memberi scaffolding pembelajaran.
-
Alat berpikir kritis: dengan teknik seperti Socratic prompting dan analisis bias.
-
Pelatih personal (personal trainer): yang menyesuaikan pembelajaran berdasarkan kekuatan dan kelemahan siswa.
Guru didorong untuk menanamkan growth mindset dan mengintegrasikan KA sebagai bagian dari proses pembelajaran yang reflektif dan berorientasi pada pengembangan diri peserta didik.
Praktik Nyata dan Etika Penggunaan AI
Melalui proyek-proyek kreatif seperti produksi konten digital, video edukatif, hingga game design berbasis AI, guru diarahkan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran nyata. Namun, modul juga menekankan pentingnya pertimbangan etika: privasi data, validitas sumber, bias algoritma, serta hak cipta konten hasil AI.
Sebagai penutup, kutipan dari CEO Shopify, Tobi Lutke, yang mewajibkan seluruh karyawan menguasai AI sebelum meminta bantuan rekan kerja, menjadi penegasan bahwa literasi AI kini bukan hanya pilihan, tapi kompetensi dasar di era digital.
Kesimpulan:
Modul ini menjadi langkah strategis dalam membekali guru SMK sebagai garda terdepan transformasi pendidikan digital di Indonesia. Dengan rekayasa prompt yang tepat dan pemanfaatan AI secara etis, guru mampu memfasilitasi pembelajaran yang lebih kreatif, kontekstual, dan relevan dengan dunia kerja masa kini.
0 Komentar