1. Definisi AI Menurut Para Ahli
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu bidang ilmu yang terus berkembang sejak diperkenalkan pada pertengahan abad ke-20. Perbedaan definisi AI muncul karena beragamnya pendekatan keilmuan yang digunakan, mulai dari ilmu komputer, matematika, psikologi kognitif, hingga filsafat. Beberapa definisi AI yang dikemukakan oleh para tokoh dan institusi ternama antara lain:
-
John McCarthy (1956)
McCarthy mendefinisikan AI sebagai “the science and engineering of making intelligent machines, especially intelligent computer programs”. Menurutnya, AI adalah gabungan ilmu pengetahuan dan rekayasa yang berfokus pada penciptaan mesin cerdas. Fokus utama bukan meniru proses biologis otak manusia, melainkan menghasilkan perilaku cerdas. -
Elaine Rich & Kevin Knight (1991)
AI dipandang sebagai studi tentang cara membuat komputer melakukan hal-hal yang saat itu lebih baik dilakukan manusia. Definisi ini menekankan pendekatan pragmatis, yakni sejauh mana mesin mampu mendekati atau melampaui kemampuan manusia dalam tugas tertentu, misalnya bermain catur atau mengenali wajah. -
Andreas Kaplan & Michael Haenlein (2019)
AI didefinisikan sebagai kemampuan sistem untuk menginterpretasi data eksternal, belajar dari data tersebut, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan melalui adaptasi yang fleksibel. Definisi ini relevan dengan perkembangan machine learning dan deep learning. -
Stuart Russell & Peter Norvig (2021)
Dalam buku Artificial Intelligence: A Modern Approach, mereka mendefinisikan AI sebagai studi tentang agen cerdas yang menerima persepsi dari lingkungan (percepts) dan melakukan tindakan (actions). Definisi ini menekankan konsep intelligent agents yang menjadi dasar banyak sistem AI modern. -
IBM Cloud (2023)
IBM mendeskripsikan AI sebagai bidang yang menggabungkan ilmu komputer dan data besar untuk menyelesaikan masalah, mencakup machine learning dan deep learning. Pandangan ini menekankan aspek praktis AI sebagai teknologi integratif yang mendukung otomatisasi berskala besar.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa AI adalah bidang multidisipliner yang berfokus pada pembuatan sistem cerdas dengan kemampuan belajar (learning), mengambil keputusan (reasoning), beradaptasi (adaptation), serta meniru atau melampaui kecerdasan manusia dalam tugas tertentu.
2. Jenis-Jenis AI
AI dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang: kapabilitas (capability) dan fungsionalitas (functionality).
2.1 Berdasarkan Kapabilitas (Capability) – Arend Hintze (2016)
-
Artificial Narrow Intelligence (ANI) / Weak AI
-
AI yang fokus pada satu tugas spesifik.
-
Tidak memiliki pemahaman umum.
-
Contoh: Siri, Google Translate, sistem rekomendasi e-commerce.
-
-
Artificial General Intelligence (AGI) / Strong AI
-
AI dengan kemampuan belajar dan berpikir layaknya manusia.
-
Fleksibel, mampu menyelesaikan berbagai tugas lintas domain.
-
Masih bersifat riset dan pengembangan.
-
-
Artificial Super Intelligence (ASI) / Super AI
-
AI hipotetis yang melampaui kecerdasan manusia dalam segala aspek.
-
Menjadi topik etika dan filosofi teknologi karena berpotensi membawa dampak besar, baik positif maupun risiko eksistensial.
-
2.2 Berdasarkan Fungsionalitas (Functionality) – Sharma & Sharma (2021)
-
Reactive Machines – hanya merespons kondisi saat ini tanpa memori. Contoh: IBM Deep Blue.
-
Limited Memory – mampu mengingat data jangka pendek untuk pengambilan keputusan. Contoh: mobil otonom.
-
Theory of Mind – masih hipotetis, AI yang mampu memahami emosi dan niat manusia.
-
Self-Awareness – AI futuristik yang memiliki kesadaran diri.
3. Elemen Utama AI
Untuk memahami bagaimana AI bekerja, terdapat empat elemen utama yang menjadi fondasi pengembangan AI modern:
-
Machine Learning (ML)
Algoritma yang memungkinkan sistem belajar dari data. Pendekatannya meliputi:-
Supervised Learning → belajar dari data berlabel.
-
Unsupervised Learning → menemukan pola pada data tanpa label.
-
Reinforcement Learning → belajar melalui sistem reward dan punishment.
-
-
Deep Learning (DL)
Sub-bidang ML yang menggunakan artificial neural networks dengan banyak lapisan (deep neural networks). Cocok untuk data kompleks seperti gambar, suara, dan teks. Contoh: pengenalan wajah, mobil otonom. -
Natural Language Processing (NLP)
Fokus pada interaksi mesin dengan bahasa manusia. Contoh: Chatbot, Google Translate, analisis sentimen media sosial. -
Computer Vision (CV)
Membuat mesin mampu memahami informasi visual. Aplikasinya antara lain pengawasan keamanan, diagnosa medis berbasis citra, dan Augmented Reality (AR).
4. Kesimpulan
Artificial Intelligence (AI) merupakan bidang multidisipliner yang mengintegrasikan ilmu komputer, data, dan pemodelan kognitif untuk menciptakan sistem cerdas yang dapat belajar, mengambil keputusan, dan beradaptasi. Dari berbagai definisi para ahli, dapat dirangkum bahwa AI memiliki karakteristik esensial:
-
Belajar dari data (learning).
-
Mengambil keputusan atau tindakan (reasoning & acting).
-
Beradaptasi dengan lingkungan (adaptation).
-
Meniru atau melampaui kecerdasan manusia (human-like intelligence).
Dengan memahami definisi, jenis, dan elemen utama AI, mahasiswa maupun praktisi dapat memiliki landasan konseptual yang kuat. Hal ini tidak hanya membuka peluang eksplorasi lebih jauh ke aplikasi praktis AI di berbagai sektor—seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, hingga industri—tetapi juga menumbuhkan kesadaran etis dalam pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Subiyantoro, S. (2024). Buku Ajar Artificial Intelligence. Klaten: Penerbit Underline. ISBN: 978-634-7020-97-0.
McCarthy, J., Minsky, M., Rochester, N., & Shannon, C. (1955). A Proposal for the Dartmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence. Dartmouth College.
Turing, A. M. (1950). Computing Machinery and Intelligence. Mind, 59(236), 433–460.
Goodfellow, I., Pouget-Abadie, J., Mirza, M., Xu, B., Warde-Farley, D., Ozair, S., … & Bengio, Y. (2014). Generative adversarial nets. Advances in Neural Information Processing Systems, 27.
Silver, D., et al. (2016). Mastering the game of Go with deep neural networks and tree search. Nature, 529(7587), 484–489.
Hinton, G., Osindero, S., & Teh, Y. (2006). A fast learning algorithm for deep belief nets. Neural Computation, 18(7), 1527–1554.
0 Komentar