Studi Islam dan Moderasi Beragama di Era Modern


Oleh: Abd Umar | Sumber: M. Agus Kurniawan (IAI Agus Salim Metro Lampung)

Di tengah arus perubahan dunia yang cepat, Islam menghadapi tantangan besar: bagaimana tetap relevan tanpa kehilangan nilai-nilai dasarnya. Di sinilah moderasi beragama (Islam Wasathiyah) menjadi penting — sebuah jalan tengah yang menyeimbangkan antara tradisi dan modernitas, antara keyakinan dan keterbukaan.

Studi Islam berperan penting dalam membangun pemahaman agama yang moderat. Melalui pendekatan yang ilmiah, terbuka, dan kontekstual, studi Islam dapat menjawab tantangan zaman sekaligus memperkuat nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan.

📚 Tantangan yang Dihadapi

Penelitian ini menemukan beberapa hambatan utama dalam penguatan moderasi beragama di era modern:

  1. Interpretasi Tekstual yang Kaku
    Banyak pihak memahami Al-Qur’an dan Hadis secara harfiah tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan sejarah. Hal ini membuat Islam sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman.

  2. Resistensi terhadap Perubahan
    Kelompok konservatif sering menolak pembaruan pemikiran Islam karena dianggap mengancam kemurnian ajaran.

  3. Kurangnya Pendidikan Kritis
    Sistem pendidikan Islam di beberapa tempat masih menekankan hafalan, bukan pemikiran analitis dan kritis.

  4. Stigma Negatif terhadap Islam
    Masih ada pandangan luar yang mengaitkan Islam dengan ekstremisme, padahal esensi Islam justru mengajarkan kedamaian.

💡 Peluang dan Solusi

Di balik tantangan tersebut, ada peluang besar untuk memperkuat moderasi melalui pendekatan strategis:

  1. Menghidupkan Semangat Ijtihad
    Ijtihad memungkinkan penafsiran Islam yang dinamis dan relevan dengan kondisi sosial modern.

  2. Dialog Antaragama dan Antarbudaya
    Percakapan lintas iman perlu digalakkan agar masyarakat semakin terbuka dan menghargai perbedaan.

  3. Reformasi Pendidikan Islam
    Kurikulum harus menanamkan nilai-nilai toleransi, keadilan, dan kasih sayang. Pendidikan agama perlu disajikan dengan cara kontekstual dan interaktif.

  4. Peran Ulama dan Akademisi Modernis
    Cendekiawan Muslim diharapkan menjadi jembatan antara nilai-nilai klasik dan tantangan modern.

  5. Pemanfaatan Teknologi Digital
    Dunia digital dapat menjadi media dakwah moderat yang efektif — menyebarkan pesan damai dan menekan konten ekstremisme.

🏫 Pengembangan Kurikulum Moderasi Islam

Kurikulum pendidikan Islam sebaiknya:

  • Berbasis nilai-nilai moderasi (keseimbangan, toleransi, dan keadilan).

  • Mengajarkan keberagaman dan inklusi sosial sejak dini.

  • Mendorong dialog lintas agama dan budaya di lingkungan pendidikan.

  • Memperkuat akhlak dan karakter siswa agar menjadi generasi yang santun dan empatik.

  • Menggunakan teknologi pembelajaran modern agar nilai-nilai Islam bisa disebarkan secara luas dan kreatif.

🤝 Kesimpulan

Studi Islam dan moderasi beragama adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Studi Islam membantu umat memahami ajaran agama secara mendalam, sementara moderasi beragama menjadi panduan untuk mengamalkannya dengan penuh keseimbangan, toleransi, dan kasih sayang.

Dengan menggabungkan keduanya, kita bisa membangun masyarakat yang damai, adil, dan harmonis — sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

📖 Referensi Utama

Kurniawan, M. Agus. Studi Islam di Era Moderasi Islam: Tantangan dan Peluang. IAI Agus Salim Metro Lampung, 2023.
(Diolah kembali untuk publikasi web oleh abdumar.com)


0 Komentar