Mengenal Syekh Jumadil Kubro: Saudagar Kaya Penyebar Islam di Era Majapahit


Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Syekh Jumadil Kubro, di Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. 24/12/2024

Syekh Jumadil Kubro, seorang tokoh besar dalam sejarah Islam di Nusantara, dikenal sebagai penyebar agama Islam di era Kerajaan Majapahit, jauh sebelum kemunculan Walisongo. Sosoknya yang kharismatik dan peran pentingnya dalam dakwah menjadikan makamnya di Dusun Sidodadi, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, sebagai tempat ziarah yang ramai dikunjungi.


Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Syekh Jumadil Kubro, di Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. 24/12/2024

Syekh Jumadil Kubro memiliki nama asli Syekh Jamaludin Al Akbar. Beliau adalah putra Ahmad Syah Jalaluddin, seorang bangsawan dari Nasrabad, India. Lahir pada tahun 1270, Syekh Jumadil Kubro juga dikenal sebagai saudagar kaya asal Samarkand, Uzbekistan. Kekayaan dan status sosialnya tidak membuatnya melupakan tanggung jawab dakwah. Dengan penuh semangat, beliau menyebarkan ajaran Islam di wilayah Majapahit.

Kedatangan beliau ke Nusantara sekitar tahun 1399, bersama putranya, Maulana Ibrahim Asmorokondi, Tuban. Keberadaan keduanya menandai awal perjalanan dakwah Islam di tengah budaya Majapahit yang saat itu didominasi oleh kepercayaan Hindu-Buddha.


Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Syekh Jumadil Kubro, di Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. 24/12/2024

Dakwah Syekh Jumadil Kubro di Majapahit tidaklah mudah. Awalnya, beliau mengalami berbagai kendala. Namun, pertemuannya dengan Tumenggung Satin mengubah segalanya. Tumenggung Satin memperkenalkan beliau kepada kalangan bangsawan Majapahit, yang akhirnya mempermudah upaya dakwahnya.

“Pada awalnya, Syekh Jumadil Kubro sangat kesulitan dan banyak memperoleh kendala sebelum akhirnya bertemu dengan Tumenggung Satin,” tutur Arifin, mantan juru pelihara Makam Troloyo.

Kehadiran tokoh-tokoh bangsawan di sekitar Syekh Jumadil Kubro tidak hanya mendukung dakwahnya tetapi juga membuka jalan bagi penyebaran Islam ke kalangan yang lebih luas di Majapahit.

Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Syekh Jumadil Kubro, di Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto. 24/12/2024

Syekh Jumadil Kubro wafat pada 15 Muharram 857 Hijriah atau tahun 1465 Masehi, di usia yang luar biasa panjang, 116 tahun. Makamnya yang terletak di Trowulan kini menjadi tempat ziarah yang tak pernah sepi.

Peziarah datang dari berbagai daerah, terutama pada bulan Ramadan, untuk berdoa dan mengenang perjuangan beliau. Bagi peziarah dengan jumlah banyak akan ada retribusi, namun biasanya warga sekitar tidak dipungut biaya.

Sebagai sosok penyebar Islam sebelum Walisongo, Syekh Jumadil Kubro memiliki tempat istimewa dalam sejarah Majapahit. Tidak hanya sebagai seorang ulama, beliau juga seorang saudagar yang memanfaatkan pengaruhnya untuk menyebarkan Islam dengan bijaksana.

Makam Syekh Jumadil Kubro di Trowulan menjadi saksi bisu perjuangan dakwah di masa silam. Kehadiran para peziarah yang khusyuk mendoakan beliau menggambarkan betapa besar peran dan pengaruhnya hingga kini.

Sumber : Radar Majapahit







0 Komentar