Mata Pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Resmi Masuk Kurikulum Nasional untuk Jenjang SMA

Jakarta, 2025 – Menyongsong era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan Mata Pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) sebagai mata pelajaran pilihan di jenjang SMA dan SMK. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi pendidikan nasional untuk meningkatkan literasi digital dan kompetensi abad ke-21 bagi peserta didik di Indonesia.

Modul 1 dalam Bimbingan Teknis Guru Koding dan KA ini menjadi panduan utama bagi pendidik dalam mengenalkan, menyusun, dan mengimplementasikan pembelajaran KKA secara terintegrasi di sekolah.

Mengapa Mapel Koding dan KA Penting?

Mapel ini dihadirkan sebagai respons terhadap tantangan global dan kebutuhan SDM unggul yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan solutif. KKA tidak hanya berisi pembelajaran teknis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika digital, kolaborasi, dan tanggung jawab sosial.

Dalam konteks pembangunan nasional, integrasi koding dan KA juga diarahkan untuk:

  • Mendukung ekonomi digital dan industri kreatif,

  • Menjamin akses pendidikan yang inklusif dan merata,

  • Memperkuat identitas nasional melalui teknologi,

  • Membentuk generasi inovator masa depan.

Cakupan dan Elemen Mapel KKA

Mata pelajaran Koding dan KA terdiri dari enam elemen utama:

  1. Berpikir Komputasional – Keterampilan pemecahan masalah logis dan sistematis.

  2. Literasi Digital – Kemampuan produksi dan diseminasi konten digital yang aman dan etis.

  3. Literasi dan Etika KA – Pemahaman tentang cara kerja KA dan dampaknya bagi masyarakat.

  4. Pemanfaatan dan Pengembangan KA – Penggunaan KA untuk menyelesaikan masalah nyata.

  5. Algoritma dan Pemrograman – Menulis solusi dalam bahasa komputer.

  6. Analisis Data – Mengolah dan menyajikan data untuk mendukung pengambilan keputusan.

Mapel KKA turut mendorong pencapaian Profil Pelajar Pancasila, membentuk siswa yang bernalar kritis, mandiri, berakhlak mulia, serta adaptif terhadap teknologi dan perubahan zaman.

Pendekatan Pembelajaran: Human-Centered dan Kontekstual

KKA didesain dengan pendekatan holistik dan human-centered, memastikan siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mengerti nilai dan dampaknya. Pembelajaran dapat dilakukan melalui:

  • Plugged: menggunakan komputer/internet,

  • Unplugged: tanpa perangkat, dengan simulasi atau permainan,

  • Project-based learning: fokus pada penerapan nyata dan kolaborasi.

Contoh pembelajaran menarik misalnya:

  • Belajar konsep modulus dengan permainan jam,

  • Membuat chatbot sederhana dengan AI,

  • Menganalisis data kesehatan masyarakat,

  • Membuat presentasi kreatif menggunakan AI generatif.

KKA dan Informatika: Komplementer, Bukan Pengganti

Mapel KKA bersifat pilihan dan melengkapi mapel Informatika yang bersifat wajib di kelas 7–10. KKA memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan praktis, serta bisa diterapkan sejak kelas 5 SD hingga kelas 12 SMA/SMK.

Guru perlu memahami peta relasi antara keduanya agar tidak terjadi tumpang tindih, terutama dalam elemen Berpikir Komputasional dan Literasi Digital.

Menuju Pendidikan Inklusif dan Inovatif

Kementerian menegaskan bahwa transformasi kurikulum melalui KKA adalah bagian dari strategi membangun talenta digital unggul nasional. Langkah ini mencontoh praktik baik dari negara-negara seperti Singapura, India, dan Korea Selatan yang telah sukses mengintegrasikan koding dan AI ke dalam sistem pendidikan mereka.

Kesimpulan

Mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial hadir sebagai inovasi pendidikan yang strategis, relevan, dan futuristik. Dengan pendekatan yang menyeluruh—dari konsep dasar hingga implementasi proyek nyata—mapel ini menjadi fondasi penting untuk menyiapkan generasi digital, kreatif, beretika, dan kompetitif secara global.

0 Komentar