Kebenaran dan Sikap Ilmiah: Memahami Aspek Kritis dalam Filsafat Ilmu

 

Dalam filsafat ilmu, kebenaran tidak hanya merupakan konsep tunggal, tetapi serangkaian dimensi yang memerlukan pemahaman mendalam. Menurut Ford (2006), kebenaran dapat dibagi menjadi empat jenis yang mengilustrasikan kompleksitasnya:

1. Kebenaran Metafisik (T1): Kebenaran ini mendasar dan tak teruji, seperti keyakinan agama. Diterima tanpa uji kebenaran eksternal, menjadi pondasi hakiki dari segala kebenaran.

2. Kebenaran Etik (T2): Berkaitan dengan standar moral atau perilaku profesional. Seseorang dianggap benar secara etik jika bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Ini bisa bersifat mutlak atau relatif tergantung pada norma sosial dan budaya.

3. Kebenaran Logika (T3): Terkait dengan konsistensi dan koherensi logis. Sesuatu dianggap benar jika sesuai dengan aksioma metafisik dan juga memiliki dukungan konsensus orang yang terlibat.

4. Kebenaran Empirik (T4): Mendasari pekerjaan ilmuwan, kebenaran ini teruji oleh pengalaman dan dapat diverifikasi. Informasi sesuai dengan realitas alam, dapat dijustifikasi, dan tunduk pada kritik ilmiah.

Pentingnya sikap ilmiah muncul dalam kebenaran empirik, di mana asumsi, hipotesis, dan proposisi harus melibatkan pengamatan, verifikasi, dan kritik. Dengan memahami beragam dimensi kebenaran ini, kita dapat menggali kebenaran dengan sikap kritis dan mendalam, menciptakan landasan yang kokoh dalam eksplorasi pengetahuan.

0 Komentar