Sunan Ampel, yang juga dikenal sebagai Raden Rahmat, adalah salah satu tokoh penting dalam Walisongo, yang berperan besar dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Dengan pendekatan dakwahnya yang bijak dan falsafah hidup yang relevan, Sunan Ampel berhasil memperbaiki akhlak masyarakat pada zamannya dan membangun pondasi kuat bagi perkembangan Islam di Nusantara.
Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Sunan Ampel, Surabaya. 24/12/2024. |
Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 di Tumapel, Gresik, Jawa Timur. Beliau adalah putra dari Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy dengan Dyah Candrawulan. Syekh Ibrahim adalah putra Jamaluddin Akbar al-Husaini, yang juga memiliki garis keturunan dengan tokoh besar lainnya, Syekh Jumadil Kubro.
Raden Rahmat tiba di Pulau Jawa pada tahun 1443 untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati, seorang putri Champa yang menikah dengan Raja Majapahit, Bhre Kertabhumi. Beliau kemudian menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Arya Teja, seorang adipati di Tuban, dan dikaruniai empat anak:
- Putri Nyai Ageng Maloka
- Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
- Syarifuddin (Sunan Drajat)
- Syarifah (istri dari Sunan Kudus)
Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Sunan Ampel, Surabaya. 24/12/2024. |
Sebagai salah satu anggota Walisongo, Sunan Ampel berperan aktif dalam menyebarkan Islam dengan pendekatan yang damai dan bijaksana. Dakwahnya dimulai dengan membangun hubungan baik dengan masyarakat dan memperkenalkan ajaran Islam melalui nilai-nilai kemanusiaan.
Pada tahun 1479, beliau mendirikan Masjid Agung Demak, yang menjadi pusat kegiatan dakwah Islam di Demak dan sekitarnya. Sunan Ampel juga dikenal sebagai pembimbing generasi penerus dakwah Islam, seperti Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), yang melanjutkan perjuangan beliau di Demak.
Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Sunan Ampel, Surabaya. 24/12/2024. |
Salah satu kontribusi terbesar Sunan Ampel adalah falsafah dakwahnya yang dikenal dengan istilah Molimo, atau Moh Limo. Filosofi ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan akhlak masyarakat dengan menanamkan lima larangan utama:
- Moh Mabok
Tidak mau minum minuman keras, khamar, dan sejenisnya. - Moh Main
Tidak mau bermain judi, togel, taruhan, dan segala bentuk perjudian. - Moh Madon
Tidak mau berzina, homoseksual, lesbian, dan segala bentuk perilaku amoral. - Moh Madat
Tidak mau menggunakan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya. - Moh Maling
Tidak mau mencuri, korupsi, merampok, dan sejenisnya.
Falsafah ini menjadi panduan moral yang relevan untuk menciptakan masyarakat yang bermartabat, baik di zamannya maupun masa kini.
Penulis berserta keluarga berkunjung ke makam Sunan Ampel, Surabaya. 24/12/2024. | . |
Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 dan dimakamkan di Surabaya, yang hingga kini makamnya menjadi tempat ziarah umat Islam. Warisan dakwahnya terus hidup melalui falsafah Molimo, keluarga, serta murid-muridnya yang melanjutkan perjuangan Islam di Nusantara.
Dengan cara dakwah yang damai dan penuh hikmah, Sunan Ampel tidak hanya menyebarkan Islam, tetapi juga membangun karakter masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur agama. Ajarannya menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa dan Nusantara.
Sumber : Liputan 6
0 Komentar