Biografi dan Kiprah KH Abdul Wahab Hasbullah, Salah Satu Tokoh Pendiri NU


KH Abdul Wahab Hasbullah adalah salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU), di samping Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Dikenal dengan sebutan Kiai Wahab, beliau merupakan salah satu pendiri organisasi Islam NU yang berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur. Pada 26 Desember 2024, penulis bersama keluarga berkesempatan mengunjungi makam beliau sebagai bentuk penghormatan atas perjuangannya.

 

Kiai Wahab lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 31 Maret 1888. Beliau adalah putra dari KH Hasbullah Said, pengasuh Pesantren Tambakberas, dan Nyai Latifah. Pendidikan awalnya dimulai dari ayahnya sendiri sebelum melanjutkan ke berbagai pondok pesantren di Langitan, Mojosari, Tawangsari, Bangkalan, dan Tebuireng. Beliau juga memperdalam ilmu agama hingga ke Makkah.

Di Makkah, Kiai Wahab menimba ilmu dari ulama-ulama besar seperti Syekh Mahfudz At-Tarmasi, Ahmad Khatib Minangkabawi, Syekh Baqir al-Jugjawi, Kiai Muhtarom Banyumas, Kiai Asy’ari Bawean, dan Syekh Said Al-Yamani. Meski berada di Tanah Suci, beliau tetap memantau perkembangan politik nasional di Indonesia.

Perintisan Organisasi Embrio NU

Sekembalinya ke Tanah Air pada tahun 1914, Kiai Wahab tinggal di Surabaya dan mendirikan beberapa organisasi yang menjadi cikal bakal berdirinya NU:

  1. Tashwirul Afkar (Nahdlatul Fikr): Sebuah kelompok diskusi pemikiran Islam yang menjadi tempat bertukar gagasan.

  2. Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri): Didirikan bersama Mas Masnur pada tahun 1916 sebagai wadah pendidikan dan pengajaran Islam.

  3. Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar): Berdiri pada tahun 1918, organisasi ini berperan sebagai pusat penggalangan dana untuk perjuangan Islam dan kemerdekaan Indonesia.

Ketiga organisasi ini berkontribusi signifikan dalam mendirikan Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926.

Ketua Komite Hijaz

Pada tahun 1926, Kiai Wahab membentuk Komite Hijaz untuk menghadapi kebijakan Raja Ibnu Saud di Arab Saudi yang hanya mengizinkan paham Wahabi dan melarang praktik mazhab lain. Komite ini, yang terdiri dari ulama pesantren, berhasil mendesak Raja Ibnu Saud untuk tetap mengizinkan praktik ibadah sesuai mazhab masing-masing di Tanah Suci. Kesuksesan ini menjadi salah satu pencapaian penting yang mendasari pembentukan NU sebagai organisasi yang lebih sistematis.

Selain berkiprah dalam bidang keagamaan, Kiai Wahab juga turut serta dalam perjuangan melawan penjajah, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan. Perannya sebagai ulama dan pemimpin masyarakat menjadikan beliau tokoh yang disegani di berbagai kalangan.

KH Abdul Wahab Hasbullah wafat pada 29 Desember 1971. Atas jasa-jasanya, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau pada 7 November 2014.

Kiprah dan perjuangan Kiai Wahab menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Mengunjungi makam beliau adalah bentuk penghormatan dan penghayatan atas perjuangannya dalam mendirikan NU dan memperjuangkan Islam serta kemerdekaan Indonesia. Semoga nilai-nilai perjuangan beliau terus menginspirasi umat Islam di Nusantara.








0 Komentar